Monday, June 17, 2013

Learn Bahasa Indonesia in Lingua Franca Indonesia

Lingua Franca Indonesia

Lingua Franca Indonesia is an institution of learning Indonesian language (bahasa). Focus on teaching Indonesian language for ekspatriats:

China
Korea
Japan
UK
                                   Australia
                                                                                               Germany
Nedherland
France
Denmark
                                                     US
etc.

Private learning: 1 student, 1 tutor.

Flexible time
Private learning is adapted to students and tutor's schedule. We will arrange it.
Flexible place?
Do you want to learn at home? at office? We will come.
Affordable Price
Available in several package. Contact: (021) 36728003 (for more information)

Suitable for students, college students, and foreign employees who are interested in learning Bahasa.
Learning Materials
We will teach you all that required of students in Indonesia daily. Standard of teaching refers to Indonesian curriculum for foreigners.
We will give our best to you. 
 Lingua Franca Indonesia
Jalan Cibubur 2 No. 90
Jakarta Timur 13720
Telp: (021) 36728003
linguafrancaindonesia@gmail.com 

Wednesday, January 30, 2013

Saatnya Orang Asing Belajar Bahasa Indonesia

Lingua Franca Indonesia adalah sebuah lembaga belajar bahasa Indonesia untuk para ekspatriat. Kami dapat mengajarkan Anda berbahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan.
Proses belajar dapat dilakukan secara privat, maupun kelompok.
Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, belajar bahasa Indonesia.. :)
Waktu fleksibel
Tempat fleksibel
Harga terjangkau

hubungi:
(021) 36728003
@ID_LinguaFranca (twitter)
linguafrancaindonesia@gmail.com


Perbandingan Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia Menurut A. Teeuw, H. Steinhauer, dan Sutan Takdir Alisjahbana

oleh
Arnita Setiawati, S.Hum.
Dimaz Kusuma, S.Hum.
Fian Sulyana, S.Hum.

SEJARAH BAHASA MELAYU
A. Teeuw

Para ahli bahasa menentang bahasa Melayu tulis karena dianggap tercemar oleh bahasa-bahasa lainnya, seperti Parsi dan Arab merupakan salah satu penghambat berkembangnya penelitian terhadap sejarah bahasa Melayu. Selain itu, perhatian yang terkonsentrasi pada struktur bahasa Melayu mengakibatkan penelitian terhadap sejarahnya hampir tidak tersentuh.
Kategori yang sering menjadi perdebatan ahli bahasa dalam menganalisis bahasa Melayu adalah kategori bahasa Melayu Klasik, Kuna, dan bahasa Melayu Susastra—yang diidentikan dengan daerah Riau-Johor.

Sumber Primer
Pada beberapa akhir ini, penelitian kesejarahan bahasa Melayu tersebut mulai menemukan titik terang. Sumber-sumber primer, seperti prasasti pada abad ke-7, mulai ditemukan dan dianggap sebagai bahasa Melayu Kuna. Sisi normatif yang terdapat di kalangan ahli bahasa pun semakin terbuka dan penelitian yang ada pun tidak berat sebelah ke dalam struktur bahasa saja. Hal penting pertama adalah ditemukannya empat prasasti oleh Coedes pada tahun 1930 dan pemecahan sandi yang terdapat pada sebuah batu besar oleh Casparis pada tahun 1956. Keseluruhan prasasti tersebut ditemukan di berbagai tempat di pulau Jawa.
Seiring dengan ditemukannya berbagai prasasti tentang bahasa Melayu Kuna, hanya Aichele saja yang mendalami berbagai masalah kebahasaannya dan hubungannya dengan bahasa-bahasa di Indonesia. Dengan berbagai penelitian struktur kebahasaan, Aichele berkesimpulan bahwa bahasa Batak merupakan sumber  asli dari bahasa Melayu. Temuannya berdasarkan berkas isoglos yang menunjukkan bahwa terdapat beberapa afiksasi—yang dianggap penting dalam bahasa Melayu—tersebar luas di daerah Indonesia bagian Barat. A. Teeuw membantah bahwa hasil akhir yang diutarakan oleh Aichele hanya melihat perbedaan pada abad ke-7 sebagai bentuk penyimpangan dari aturan klasik. Aichele tidak melihat gagasan bahwa bentuk baru merupakan pengembangan dari bentuk yang lama. Lebih jauh lagi, A. Teeuw mengisyaratkan bahwa bahasa Melayu Kuna abad ke-17 tidak secara langsung merupakan keturunan dari abad ke-7.
Prasasti yang dicurigai merupakan peninggalan bahasa Melayu dianggap aneh oleh A. Teeuw. Secara fonologis, bahasa yang terdapat dalam prasasti tersebut tidak mengacu kepada bahasa Sansekerta. Dari sudut pandang leksikal, bahasa tersebut tidak mempunyai ciri khas bahasa Melayu, misalnya dalam pronomina aku, kamu, dia, dan kita yang berarti ‘engkau’ juga terdapat dalam Hikayat Aceh. Hal tersebut menunjukkan bahwa pronomina tersebut bukan berasal dari bahasa Melayu melainkan dari bahasa Jawa Kuna.
Sumber lain yang dianggap sebagai sejarah bahasa Melayu adalah prasarti di Kedu, Jawa Tengah. Prasasti tersebut dapat dipecahkan oleh Casparis. Akan tetapi, berhubung bahasa yang ditemukan hampir sama dengan prasasti sebelumnya, maka dapat diperkirakan prasasti tersebut lahir pada pertengahan abad ke-9 yang lebih dekat kepada bahasa Melayu Klasik alih-alih bahasa Melayu Kuna. Prasasti lainnya, yaitu dari daerah Minangkabau tahun 1356 menunjukkan bahwa bahasa Melayu Kuna masih dipakai hingga akhir periode Hindu di Sumatera.
Pelestarian terhadap prasasti sebagai suatu data primer bahasa memang diperlukan. Para pengutip susastra berbahasa Melayu tidak sebaik pengutip susastra Jawa. Berdasarkan ketelitiannya, pengutip susastra Jawa dapat melestarikan teks asli selama berabad-abad. Berbeda halnya dengan pengutip susastra Melayu yang tidak dapat menjaga datanya dengan baik sehingga asal-usul bahasa Melayu pun sulit ditemukan.

Bahasa Melayu Tulis dan Lisan
Ciri umum khas dalam pengkajian bahasa Melayu tulis adalah kaitannya dengan pra-Islam. Nuruddin Arraniri, salah satunya. Ketika datang ke Aceh pada tahun 1837, ia telah memahami bahasa-bahasa Melayu di tempat lain dan banyak menulis teks dalam bahasa Melayu yang terpengaruh oleh bahasa Arab. Akan tetapi, sampai saat ini, pengaruh idiom bahasa Arab dalam bahasa Melayu belum diteliti secara sistematis sehingga belum menunjukkan jawaban dari mana asal bahasa Melayu.
Untuk menemukan sejarah bahasa Melayu, A. Teeuw mengemukakan bahwa suatu keharusan bagi ahli bahasa mengaitkan antara bahasa tulis dengan bahasa lisan yang ada, baik dari daerah-daerah di Indonesia maupun Malaysia. Akan tetapi, jalan pikiran normatif telah menghalangi para ilmuwan untuk mengembangkan sejarah bahasa Melayu sekaigus menghalangi kemajuan penelitian mereka.


TENTANG SEJARAH BAHASA INDONESIA
H. Steinhauer

Bahasa Melayu dijadikan bahasa nasional di Indonesia disebabkan oleh beberapa alasan. Alasan pertama, bahasa Melayu dipakai hanya oleh penduduk Kepulauan Riau-lingga dan penduduk pantai-pantai di seberang Sumatera. Namun, justru karena pertimbangan itu pemilihan bahasa Jawa akan selalu dirasakan sebagai pengistimewaan yang berlebihan. Alasan kedua, bahasa Melayu lebih berterima daripada bahaa Jawa yang lebih besifat linguistik. Bahasa Melayu lebih sedikit kesukarannya jika dibandingkan dengan bahasa Jawa. Kesulitan tersebut tidak hanya secara fonetis dan morfologis tetapi juga secara leksikal. Faktor lainnya adalah munculnya kenyataan bahwa bahasa Melayu mempunyai sejarah yang panjang sebagai lingua franca.
Bahasa melayu Jakarta diduga tumbuh pada masa kolonial. Namun, bahasa itu menunjukan beberapa sifat arkais seperti bertahannya oposisi antara /e/ dan /a/ pada suku akhir kata dasar tertutup. Dialek melayu biasanya tidak mencakup dialek di daerah  Sumatera yang membentuk bahasa Minangkabau dan Kerinci. Namun, bahasa-bahasa tersebut mempunyai hubungan yang erat dengan dialek Melayu untuk dianggap Melayu Purba. Di luar Sumatera, bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa sastra, misalnya di Kesultanan Banjarmasin, Brunei, dan Kutai di Kalimantan. Selain itu, bahasa Melayu juga digunakan di dalam bahasa dua surat yang ditulis atas nama Sultan Ternate kepada Raja Portugal pada abad ke-16. Aktivitas orang Portugis dalam menyebarkan agama di tengah kegiatan kolonial mereka di Pulau Ambon tidak mempunyai pilihan lain kecuali meneruskan penggunaan bahasa Melayu sebagai propaganda agama.
William Marsden, seorang pakar masalah Sumatera berkebangsaan Inggris, membedakan empat “gaya” dalam bahasa Melayu (Marsden 1812: xv-xvii). “Gaya istana” dan “gaya golongan sopan”. Perbedaan di antara keduanya hanya pada sejumlah kecil kata-kata dengan ciri status yang hanya digunakan untuk raja. Gaya selanjutnya adalah bahasa perdangangan yang digunakan oleh pedangang antarpulau dan ditandai sebagai less elegant and less grammatical yang berarti ‘kurang anggun dan kurang gramatikal’. Gaya yang terakhir adalah bahasa khacukan yaitu campuran jargon pasar di kota-kota pelabuhan besar atau sejenis bahasa konvesi dengan dasar bahasa Melayu.
Hal yang berbeda diungkapkan oleh Takdir Alisyahbana (1957:45). Ia mengungkapkan bahwa bahasa Melayu dibagi atas dua kelompok yaitu bahasa Melayu Tinggi dan bahasa Melayu Rendah. Kosakata dalam bahasa Melayu  banyak berasal dari pinjaman bahasa asing terutama dari bahasa Sansekerta, Persia, Arab, dan Eropa. Beberapa pakar dari Inggris dan Belanda sepakat menyatakan bahwa bahasa Melayu Riau-Johor mewakili bahasa Melayu Klasik. Hal tersebut disebabkan kalangan istana Riau dan Johor secara langsung mewarisi tradisi sastra Malaka yang menghasilkan Sejarah Melayu.
Pada masa penjajahan Belanda terdapat perbedaan antara bahasa Melayu sekolah dengan bahasa Melayu percakapan. Hal tersebut terjadi akibat adanya perbedaan antara kehidupan sehari-hari dengan hal-hal yang diajarkan di sekolah-sekolah. Salah seorang pembela bahasa Melayu Klasik yang sangat berpengaruh adalah C.A. van Ophuijen. Ia menulis tata bahasa yang akhirnya dikenal dengan ejaan Ophuijen. Ia juga menjabat sebagai Inspektur Jendral bagi sekolah-sekolah Melayu.
Budi Utomo sebagai gerakan persamaan hak yang sering diilhami oleh kebudayaan Jawa mempunyai bahasa yang digunakan di media publikasinya yaitu bahasa Melayu. Melalui media publikasi tersebut bahasa Melayu mulai menyebar di seluruh Indonesia. Perkembangan varietas kreol terjadi di daerah timur Indonesia. Bahasa kreol yang patut diperhatikan adalah bahasa Melayu Baba, yaitu bahasa percakapan yang digunakan oleh orang Cina kelahiran sekitar Selat Malaka. Tumbuhnya Kreol disebabkan oleh politik perdangangan dan kependudukan penguasa kolonial.
Bahasa Indonesia berkembang dengan pesat saat masa penjajahan Jepang. Jepang berusaha untuk menghapus segala sesuatu yang bersifat kebelanda-belandaan, salah satunya adalah menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di Indonesia. Pada tahum 1972, dilakukan perubahan ejaan yang mengakhiri perbedaan sistem tulis antara bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia. Di Malaysia dan Brunesi Darussalam, bahasa Melayu juga digunakan sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia baku, bagi sebagian orang Indonesia merupakan bahasa kedua. Sebagian orang Indonesia mempunyai bahasa pertama kalau bukan salah satu dari bahasa kreol atau dialek simpangan Melayu tertentu yang merupakan salah satu dari ratusan bahasa di Indonesia yang termasuk rumpun Austronesia ataupun non-Austronesia (Papua). Bahasa Melayu lokal akhirnya akan semakin resmi banyak yang melebur dalam bahasa Indonesia resmi.
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia di masa depan lebih dipengaruhi oleh bahasa Jawa dalam pembentukan istilah-istilah. Kata yang berasal dari bahasa utama di kawasan Indonesia lebih mudah diterima daripada kata asing. Bahasa Melayu Jakarta mungkin masih lebih kuat daripada pengaruh bahasa Jawa. Hal tersebut disebabkan bahwa bahasa tersebut merupakan bahasa ibu kota yang dianggap sebagai lambang kemajuan.


SEJARAH BAHASA INDONESIA
Sutan Takdir Alisyahbana

            Timbulnya bahasa-bahasa kebangsaan di Asia disebabkan oleh runtuhnya kerajaan-kerajaan kolonial Eropa. Di Indonesia, telah muncul kira-kira 250 bahasa dan dialek, bahasa dan dialek tersebut dapat dikembalikan ke dalam rumpun bahasa purba yang sama. Ketika adanya kekuasaan asing di Indonesia, bahasa-bahasa negara tersebut menjadi bahasa pergaulan di Indonesia.

Perkembangan bahasa Melayu
            Daerah-daerah yang berbahasa Melayu terletak pada jalur penting untuk masuk ke wilayah Indonesia. Bangsa Melayu bersifat pelaut, saudagar, perantau sehingga mereka mengembara ke luar negerinya. Di kota Malaka, saudagar-saudagar dari Indonesia dan dari luar negeri berkumpul. Hal itulah yang menyebabkan bahasa Melayu menjadi semacam lingua franca.
            Bahasa Melayu dianggap sebagai bahasa yang terhormat. Pada abad 16, bahasa Melayu dipakai oleh raja-raja di daerah Maluku. Bahasa Melayu mudah strukturnya sehingga bahasa tersebut mudah dipelajari. Dalam pergaulan dengan bangsa asing, masyarakat menggunakan bahasa Melayu pasar atau Melayu rendah. Pada abad 17, bangsa Belanda memakai bahasa Melayu di sekolah-sekolah dan gereja agar mudah dimengerti oleh orang Indonesia. Bahasa Melayu semakin maju karena bangsa Belanda memakainya dalam pemerintahan dan dalam korepondensi dengan bangsa Indonesia.

Perkembangan bahasa Belanda
            Pada pertengahan abad 19, Van der Chijs memajukan bahasa Belanda di Indonesia. Mr. J.H. Abendanon menjadi direktur Departemen Pengajaran dan menyebarkan bahasa Belanda. Lambat laun bahasa Belanda berkembang di Indonesia karena diajarkan di sekolah. Dr. G. J. Nieuwenhuis, seorang Belanda yang menolak bahasa Melayu, menjadikan bahasa Belanda sebagai alat untuk menyebarkan kebudayaan dan alat untuk memperluas ekonomi.

Perkembangan bahasa Indonesia
            Para pemuda Indonesia melakukan pergerakan dan membangkitkan kembali bahasa Melayu. Surat kabar dan majalah sudah memakai bahasa Melayu. Pada tanggal 28 Oktober 1928, diadakan kongres pemuda. Pada saat itu untuk pertama kalinya bahasa Melayu digantikan oleh bahasa Indonesia. Pada saat itu pun dinyatakan bahwa persaingan antara bahasa Melayu dan bahasa Belanda telah selesai. Agar bahasa Indonesia semakin maju, diperlukan media untuk memajukannya. Hadirlah majalah Pujangga Baru untuk memajukan bahasa dan kesusastraan Indonesia.
            Pada tahun 1938, diadakan kongres bahasa Indonesia di Surakarta. Kongres tersebut membahas empat hal, yakni para pemuda perlu mengadakan suatu lembaga dan suatu fakultas untuk bahasa Indonesia, mengadakan ejaan baru untuk bahasa Indonesia, menentukan suatu tata bahasa baru, dan bahasa Indonesia dijadikan bahasa undang-undang dan bahasa pengantar di pemerintahan.



Perkembangan bahasa pada zaman Jepang
            Pada awal tahun 1942, Jepang mendarat di Indonesia. Mereka menghapus bahasa Belanda dengan tujuan menggantikan bahasa Belanda dengan bahasa Jepang. Namun, mereka tidak mampu melakukan hal tersebut karena terdesak peperangan sehingga mereka terpaksa memakai bahasa Indonesia dalam berkomunikasi.

Kemajuan bahasa Indonesia
            Bahasa Indonesia tidak hanya sebagai bahasa undang-undang, tetapi juga sebagai bahasa pengumuman dan surat-surat resmi antara kantor-kantor pemerintahan dan rakyat. Bahasa Indonesia dipakai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Majunya peperangan membuat bangsa Indonesia semakin banyak yang menggunakan bahasa Indonesia sehingga bahasa Indonesia menjadi lambang kesatuan bangsa Indonesia.
            Pada tanggal 20 Oktober 1942 didirikan Komisi Bahasa Indonesia. Di dalam Undang-Undang Dasar 1945, bahasa Indonesia dijadikan bahasa negara yang resmi. Disusul pada tanggal 18 Juni 1947, didirikan komisi bahasa yang menentukan kurang lebih 5000 istilah baru. Akhirnya, pada tahun 1952 didirikanlah komisi istilah di Fakultas Sastra dan Filsafat Universitas Indonesia.


Sumber:
Kridalaksana, Harimurti. 1991. Masa Lampau Bahasa Indonesia: Sebuah Bunga Rampai. Yogyakarta: Kanisius.

Wednesday, January 23, 2013

Pengajaran Bahasa untuk Perusahaan Asing

Lingua Franca Indonesia juga membuka kelas bahasa Indonesia untuk karyawan asing yang berada di Indonesia. Proses pembelajaran dapat dilakukan di perusahaan yang bersangkutan. Kami hadir untuk membantu para ekspatriat di perusahaan asing agar dapat lancar berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. 
Paket Perusahaan yang kami tawarkan:
1. Satu kelas terdiri atas 5--8 orang, dengan 1 guru.
2. Waktu pembelajaran fleksibel.
3. Biaya kursus terjangkau dan dapat dinegosiasi.
4. Mendapat buku panduan pembelajaran.

Untuk info lebih lanjut, hubungi:
Nita 0878-893892-64
linguafrancaindonesia@gmail.com
@ID_LinguaFranca (twitter)
Lingua Franca (Google+)

Solusi Mudah Belajar Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia dinilai menjadi bahasa tersulit ke-4 di dunia. Mengapa? Mungkin saja karena bahasa Indonesia memiliki struktur yang rumit atau mungkin penggunaan imbuhan dalam kosakata bahasa Indonesia yang membingungkan. Hmm... Bisa juga karena bahasa Indonesia memiliki nilai rasa atau menjunjung tinggi kesopanan.
Ya, mungkin itulah hal-hal yang membuat bahasa Indonesia menjadi sulit, tak hanya bagi Warga Negara Asing, bagi Warga Negara Indonesia pun bahasa Indonesia dibilang sulit.
Berangkat dari hal-hal itulah kami hadir untuk Anda. Kami akan memberikan solusi mudah dalam belajar Bahasa Indonesia.

Kami sudah sangat berpengalaman dalam mengajar bahasa Indonesia, baik untuk orang asing maupun untuk orang Indonesia. Untuk para orang asing, mereka mengaku bahwa kosakata dalam bahasa Indonesia dan pengetahuan tentang Indonesia semakin bertambah setelah belajar dengan kami. Semoga hal tersebut juga terjadi pada Anda.

Tidak hanya mengajar orang asing, kami juga menyediakan paket pendalaman materi Bahasa Indonesia untuk UN SD, SMP, dan SMA. Inilah solusi belajar Bahasa Indonesia yang menyenangkan. 
Jadi, tunggu apa lagi, segera hubungi kami.

Nita 0878-893892-64
linguafrancaindonesia@gmail.com
@ID_LinguaFranca (twitter)
Lingua Franca (Google+)

HARGA TERJANGKAU

untuk info paket belajar, silakan klik Paket Belajar

Paket Belajar Lingua Franca Indonesia

Paket belajar:
1. Paket Ekspatriat:
- Belajar dengan sistem 1 pengajar, 1 siswa.
- Menerima warga negara asing dari berbagai negara: Cina, Korea, Jepang, Inggris, Amerika, Jerman, dan lain-lain.
- Menerima warga negara asing dari berbagai usia.
- Waktu belajar fleksibel (berdasarkan janji antara pengajar dan siswa)
- Tempat belajar fleksibel (berdasarkan janji antara pengajar dan siswa)
- Pembayaran dapat dibicarakan secara langsung dengan pengajar. (biaya terjangkau dan dapat negosiasi)

2. Paket pendalaman materi Bahasa Indonesia (persiapan UN dan Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri)
- Untuk SD, SMP, dan SMA/sederajat
- Belajar dengan sistem 1 pengajar, 2--3 siswa.
- Waktu belajar fleksibel (berdasarkan janji antara pengajar dan siswa)
- Tempat belajar fleksibel (berdasarkan janji antara pengajar dan siswa)
- Pembayaran dapat dibicarakan secara langsung dengan pengajar. (biaya terjangkau dan dapat negosiasi)


Jika berminat mempelajari Bahasa Indonesia, silakan hubungi kami:
 

Nita 0878-893892-64
linguafrancaindonesia@gmail.com
@ID_LinguaFranca (twitter)
Lingua Franca (Google+)